Langsung ke konten utama

Muhammad Ardani Riaziz

            Sebagai manusia, saya memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya memiliki kelebihan yakni dalam individu dapat memanajemen kehidupan pribadi secara taktis. Dalam sosial, saya memiliki kelebihan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Dengan jiwa koleris yang saya miliki, saya dapat mengatur jalannya pengaturan suatu organisasi. Dalam olahraga, sebenarnya saya memiliki kelebihan di bidang sepak bola dan voli. Tetapi, seiring minus mata yang makin lama makin bertambah kelebihan ini semakin tergerus. Kelebihan lainnya yakni perangai humoris yang membuat teman-teman terhibur dan memiliki kecakapan yang lumayan sehingga memiliki banyak teman, baik di lingkungan mahasiswa ataupun staff admin yang ada di fakultas. Masih banyak kelebihan yang tidak saya katakan satu per satu. Semua kelebihan ini bukanlah kelebihan yang saya miliki seutuhnya karena kelebihan ini adalah milik-Nya. Berpindah ke sisi sebaliknya yakni kekurangan. Saya memiliki banyak kekurangan dalam kehidupan saya. Kekurangan saya adalah dengan sifat koleris yang saya miliki, saya cenderung bersifat kasar terhadap orang lain. Terkesan memiliki jiwa “boss” yang tak mau untuk diatur dan hanya suka mengatur. Saya suka menyantaikan suatu hal sehingga terkadang tidak cocok dengan teman saya yang memiliki sifat rajin. Saya memiliki sifat arogan yang membuat saya lebih suka menyendiri untuk mengkritisi kehidupan yang saya lalui. Terkadang, saya cenderung tidak percaya dengan orang lain meskipun itu adalah teman saya.
            Banyak “wacana” cara yang akan saya lakukan untuk mangatasi kekurangan tersebut. Cara- cara untuk mengatasinya yakni : melakukan hal-hal terbaik yang sekiranya tidak ada perdebatan idealis antara saya dan orang lain, Menjadi orang bijak ketika berhadapan dengan masalah, banyak membaca tentang literasi sosial yang dapat menunjan pengetahuan saya terhadap perkembangan dunia, dan sering-sering meminta kepada Allah agar dijadikan manusia yang bermanfaat terhadap semua orang.
            Saya memiliki pengalaman yang terkesan cukup menarik dalam hidup saya. Selalu dan selalu satu momen ini terlintas dalam pikiran saya sebagai pemicu semangat dalam hidup saya. Pengalaman ini adalah pengalaman “nyantri” di pondok. Enam tahun berkecimpung di dunia pondok menjadikan saya manusia yang “berbeda” diantara teman-teman lainnya. Gelar “Santri” saya dapatkan dan tidak semua orang mudah memiliki gelar semacam ini. Tidak dapat saya jelaskan satu persatu momen-momen apa yang pernah saya lakukan di pesantren karena ada cinta takperlu saya sembunyikan. Cinta membuat saya untuk membisu menjelaskan semuanya. Bila saya menjelaskan pengalaman ini, maka saya tidak akan jauh-jauh mengatakan ini bahwa pengalaman saya adalah “Saya Adalah Santri”.
            Semua orang pasti memiliki cita-cita. Tak lebih saya ada beribu-ribu mimpi yang saya sandingkan dengan cita-cita. Mimpi dan cita-cita saya adalah menjadi orang yang bermanfaat, menjadi orang kaya, menjadi orang dermawan, memiliki perusahaan, memiliki istri sholehah, memiliki perpustakaan besar, memiliki mobil mewah, menjadi traveler, memiliki kapal pesiar pribadi, memiliki pesawat pribadi, memiliki beribu-ribu hektar tanah yang hasil panennya saya wakafkan ke jalan Allah, menjadi orang berpengaruh di dunia, mendapatkan nobel perdamaian, menjadi penguasa dunia, dan tentunya membahagiakan orang tua. Sebenarnya masih banyak mimpi-mimpi indah yang saya miliki. Cukup ini saja yang saya tuliskan karena bisa dikatakan cukup “aneh” bila dipikir-pikir secara realistis. Apabila berbicara visi, saya memiliki visi yang cukup kompeten dalam hidup saya. “Menjadi orang yang bermanfaat dan berbeda dari orang-orang biasanya”. Itulah visi yang sampai saat ini saya pegang sebagai prinsip. Menjadi orang bermanfaat sudah pasti orang lain akan menuliskan ini dalam visi hidupnya. Tetapi berbeda pembahasan apabila menambahkan “berbeda dari orang-orang biasanya”. Apakah hidup ini harus sama satu dengan yang lain? Apa salah dengan menjadi yang berbeda? Banyak orang memberikan saran dirimu harus begini dan begitu seakan-akan perspektif kehidupan dia kuasai dan ilmu kejiwaan dia pahami sedalam-dalamnya. Bagaimana dengan asas kesopanan universal? Bagaimana dengan esensi kehidupan? Bagaimana dengan moral agama dan budaya yang melekat dalam diri tiap orang? Maka perlulah visi ini menjelaskan di dalam rantai eksplisit kehidupan. Menjadi yang berbeda adalah jalan dimana menuju suatu tujuan dengan cara yang lain. Lebih jelasnya kita tidak melalaui jalan yang sama dengan orang lain. Satu tujuan berbeda jalan. Sebenarnya, tidak ada substansi yang berbeda dalam hal ini. Berbeda hanya karena berbeda jalan, bukan tujuan!
            Begitu indah bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang merefleksikan sempurnanya Dia. Kita diciptakan Allah dengan satu penyifatan yang unik pada tiap-tiap insan. Tidak perlu panjang lebar bahwa manusia adalah satu dengan perbedaan karunia yang diberikan-Nya. Maka, satu tujuan dengan berbagai jalan yang dilalui membuat hidup ini unik untuk diselami.
Rencana? Saya terkadang sedikit bingung mengatakan apakah itu rencana atau sesuatu yang tidak saya rencanakan. Jika saya diberi kesempatan untuk berpendapat, ada hal yang dilalui dengan rencana sejak awal dan ada yang dilalui dengan “spontanitas” sekiranya bahasa yang mudah dipahami. Rencana yang saya munculkan untuk menyelesaikan misi kehidupan ini tidak seratus persen yakin bahwa misi ini selesai dalam jangka waktu pendek ataupun panjang. Saya tidak sebegitu yakin. Kata “spontanitas” yang saya selipkan mungkin bisa dibuat acuan dalam pembahasan rencana. Saya tidak tahu dari mana “spontanitas” ini muncul beberapa kali dalam sistem saraf otak saya. Suara hatikah? Naluri yang sudah ada semenjak kecil? Ataukah memang jalan ini yang harus saya tempuh? Atau mungkin ada faktor “X” yang mengiringi jalan saya? Terlalu kompleks untuk menyelami ini. Sampai saat ini, saya menelaah bahwa banyaknya rencana yang dibuat, Tuhanlah yang menghendaki rencana itu. Maka, sebagai makhluk-Nya perlulah berikhtiar dan berpikir positif dalam kehidupan ini. Apa yang kau rencanakan ber”positif”lah bahwa Allah mengiringi rencana itu! Bukan meyakini seratus persen rencana itu berhasil!
Maaf karena terlalu rumitnya pembahasan ini karena saya ingin mengatakan bahwa saya tidak sebegitu nyaman dengan rencana yang saya buat. Terkadang satu rencana hanya sebentar saja. Cepat kadaluarsa. Rencana yang saya kemukakan tidak sebegitu menarik terhadap paradigma dunia.
Tinggallah rencana yang ada dalam hidup saya. Spontanitas dan berpikir positif!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan Cinta untuk Indah-ku

Izinkan aku tuk menulis ini. Teruntuk kekasihku yang akan menemani hingga akhir. Permata cinta kasihku yang cantik nan mempesona. Indah Nurul Qamariyah. Apakah ada kata yang lebih mempesona selain “Aku mencintaimu”? Mencintaimu seakan menjadi bagian hidupku yang selalu mengiringiku seperti malam bersama hawa dingin. Mencintaimu seakan menjadi pundi-pundi kebahagiaan yang selalu kuinginkan bersama suka duka kehidupan. Dan, mencintaimu akan menjadi jalanku untuk membangun surga bersamamu. Keterbatasanku akan selalu ada. Tetapi, itu tak membuatku berhenti memperbaiki diriku. Aku hanya manusia biasa dengan segala kekurangan. Manusia yang pasti melakukan kesalahan besar maupun sepele. Tapi, suatu saat engkau pasti tahu bahwa kesalahan-kesalahan ini yang akan menjadikan cinta ini menjadi dewasa dan mengantarkan kita pada jalan perjuangan manis yang sempat kita harapkan malam itu. Keyakinanku adalah dengan keterbatasan inilah yang membuat cintaku kepadamu abadi nan manusiawi sebagaimana

Review Buku David and Goliath - Karya Malcolm Gladwell

Judul Buku                : David and Goliath – Ketika si lemah menang melawan raksasa Penulis                       : Malcolm Gladwell Tahun                         : 2013 Jumlah Halaman      : 301 Halaman Genre                          : Self-Improvement Cerita klasik tentang Daud – dalam bahasa inggris David – dan Goliath menjadi pelajaran inti yang dibawakan Gladwell dalam bukunya. Menggambarkan kembali seorang pemuda yang biasa saja dapat mengalahkan seorang raksasa besar nan ditakuti seantero pasukannya. Dari cerita Daud dan Goliath, kita berasumsi bahwa kemenangan tidak berdasarkan kekuatan atau yang baik akan mengalahkan yang jahat. Tidak seperti itu! Nyatanya, pertarungan itu adalah pertarungan dengan cerdiknya strategi. Buku ini tidak menjelaskan tentang kekuatan yang dahsyat tidak menjadi jaminan. Tetapi, bagaimana memanifestasikan kelemahan dan kekuatan yang bersemayam dalam diri kita menjadi keunggulan pada waktu dan kondisi yang tepat. David dan Goliath mengilha

Tak Layak Dicintai

Seperti cerita biasanya Seorang lelaki sepertiku Yang tak layak mendapatkan cinta Yang tak layak dicintai Yang tak layak bahagia dengan cinta Cinta dan benci Dan benci adalah sahabatku Sejak dulu dan hingga kini Barangkali menjadi kekasih masa depan Benci adalah kisah kasihku Benci lebih mengenalku Dan cinta sejak dulu menjauhiku Aku yang lahir dengan kebencian Dan bersemayam bersama kebencian Dan berakhir bersama kebencian Aku adalah kebencian Dan cinta baiknya jauh dariku Hingga Tuhan tahu Aku terlahir untuk dibenci