Setelah diriku membaca buku Factfulness, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh kita sebagai kaum abad 21. Khususnya, kita-kita yang masih dangkal dalam menanggapi dunia dan sosial semesta. Sepuluh perihal yang disampaikan. Tetapi, aku hanya mengambil sari-sari dari kesepuluhnya.
Naluri kita seringkali melakukan kesalahan. Kita merasa bahwa sebagai manusia memiliki naluri yang paling manusiawi. Padahal semua naluri itu tidak pernah ada menjadi paling absolut di antara semua makhluk. Sebagai contoh, ketika kita menyikapi seorang pemulung yang dihabisi oleh beruang, kita sangat merasa iba -saya pribadi akan kasihan- seakan beruang adalah menjadi pelaku yang harus dihukum dan pemulung orang yang harus kita kasihani sejadi-jadinya. Tetapi, ketika kita dihadapkan juga kasus anak-anak hutan yang terlantar dan mati kelaparan kita menjadi sosok yang paling sok sibuk dan acuh untuk menyikapinya -mungkin hanya melihat dan iba dan selesai-. Ada kesenjangan dibalik naluri kita sebagai manusia.
Apalagi informasi yang kita bawa saat ini kelihatannya kita juga tidak sadar. Apakah kita tidak sadar kalau kita sedang membawa informasi-informasi yang terkesan kudet dan tertinggal? Contoh soal adalah nilai rata-rata jangka umur hidup. Apakah masih terngiang-ngiang bahwa jangka umur kita sebagai manusia adalah 60? Tidak! Itu angka di tahun 19-an. Kita sekarang sudah menginjak angka 70! Apakah Anda sudah meng-update informasi tersebut? Selamat untuk Anda yang sudah tahu! Tetapi, informasi lainnya? Jumlah populasi? Angka emisi karbon? Anda bisa mengeceknya mulai dari sekarang!
Selebihnya, Anda bisa membaca buku tersebut. Saya hanyalah orang yang maniak dengan gembar-gembor informasi kalau ini atau itu adalah barang bagus. Anda yang bisa menilai dan berhak mendapatkan semuanya. Saya masih perlu banyak belajar dan selalu membagikan bacaan-bacaan yang perlu untuk dibaca diabad ke-21 ini.
Muhammad Ardani Riaziz
Komentar
Posting Komentar