Langsung ke konten utama

Pohon Kertas


     Sudah beberapa kurun waktu ilmu pengetahuan selalu menunjukkan tajinya di hadapan manusia, baik yang berpengetahuan, bermoral, berdedikasi, ataupun lawan dari semuanya. Ilmu pengetahuan menunjukkan kehebatannya dengan muncul secara mengalir seakan-akan sesuatu yang berhadapan dengannya adalah suatu musuh besar yang lamban tetapi memiliki kekuatan melebihi dirinya. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan tidak menunjukkan dirinya sebagai sesuatu yang lemah ataupun terbelakang. Tetapi, hal ini adalah sebuah misi yang masih akan dipecahkan olehnya menurut apa yang akan dialami dirinya.
     Adakala ilmu pengetahuan disebut-sebut sebagai alat penyelesaian berbagai masalah. Baik masalah pribadi, hubungan dengan orang lain, pendidikan, pekerjaan, dan jalan kehidupan yang dilalui. Barangkali ilmu pengetahuan berdiri dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, itu adalah hal yang menarik dan seru karena permasalahannya akan selalu mengangkat nilai-nilai eksistensi intelektual terhadap manusia. Seperti contoh ilmu sains kedokteran mempermasalahkan tentang metodenya yang kolot dan aneh sehingga ilmu sains kedokteran ini akan memberikan kajian dan nilai-nilai yang pantas untuk menyelesaikan hal ini agar menjadi sesuatu yang bernilai dan bereksistensi tinggi. Pada intinya, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang dan diperbarui.
     Ilmu pengetahuan tidak pernah menampakkan kesalahannya seperti aib-aib yang sering diterbangkan oleh pihak tak bertanggungjawab. Tetapi sering kali ilmu pengetahuan ini oleh manusia sering termanipulasi dalam pikiran sehingga menjadikan ilmu pengetahuan ini digunakan untuk kajian pada masa yang kurang tepat. Banyak kasus-kasus yang telah lahir karena ini sehingga melontarkan pribadi manusia menjadi merasa bersalah akan keterlibatan perkembangan dalam kehidupannya. Perlu diperjelas bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah mengalami kemunduran sekalipun, tetapi yang perlu kita telaah adalah kita sendiri sebagai orang yang belum siap menerima aliran eksistensi ilmu pengetahuan ini. Dan tidak pernah terbuang dalam pandangan bahwa manusia akan selalu belajar, meski tidak secepat pembelajaran ilmu pengetahuan.
     Kasus ini sering kita jumpai dalam lingkungan keluarga -karena ini adalah awal pembelajaran manusia- di mana seorang orang tua memberikan warisan pengetahuannya kepada anaknya. Sebelum orang tua memutuskan untuk berkeluarga, mereka mempunyai jalan masing-masing di mana mereka mempertaruhkan diri mereka pada alam untuk belajar dan bertahan untuk hidup. Mereka menciptakan suatu alam pikiran pada diri mereka sehingga terciptalah ilmu pengetahuan sejati untuk pegangan kehidupan yang berlaku hingga ajal menjemputnya. Pada penciptaan alam pikiran ini, ilmu pemikiran ini condong bersifat intervensi pribadi. Dengan cara-cara yang mereka gunakan dalam belajar dan bertahan hidup, beberapa orang membuat-cepat atau lambat- kesimpulan pada permasalahan tertentu sehingga itu dapat dijadikan metode pedoman dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Apa pun itu, caranya adalah yang terbaik dan manjur dalam kehidupan untuk sementara waktu. Kemudian setelah mereka menemukan pasangan mereka -tentunya sebelumnya dengan pertemuan untuk pembentukan komitmen dari pemahaman-pemahaman kehidupan masing-masing pribadi- mereka berusaha menciptakan satu kesatuan ilmu pengetahuan yang telah mereka dapat agar dapat membentuk tujuan yang indah. Tak lama mereka akan memiliki anak-anak yang siap mereka cekoki dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang mereka miliki dari hasil penciptaan sebelum mereka berkeluarga. Masa ini merupakan masa yang cukup adil karena penguasaan ilmu pengetahuan akan dipertaruhkan di fase ini.
     Pewarisan ini memiliki dampak yang besar bagi intervensi yang akan dimiliki anak dimasa mendatang. Dari pernyataan ini tidak ada yang patut diperdebatkan karena ini adalah realitas objektif fundamental bagi manusia. Tetapi, yang perlu diperdebatkan adalah pemahaman-pemahaman intervensi yang telah dibentuk oleh tiap orang tua tidak selamanya pantas digunakan untuk anak. Tidak selamanya metode-metode yang telah dipatenkan oleh orang tua akan berlaku seperti halnya air yang selalu basah. Dan tidak selamanya pengetahuan yang mereka miliki adalah ilmu pengetahuan dengan kebenaran paripurna. Kita menyinggung sedikit tentang pandangan Sofisme bahwa tidak ada kebenaran yang mencapai titik absolut. Dan pandangan ini kemudian disempurnakan oleh Aristoteles bahwa hanya kebenaran ilahi yang ada di puncak. Dan kemudian terlahir berbagai ilmu pengetahuan dengan berbagai intervensi dan dasar-dasar lainnya yang menciptakan jaring-jaring pengetahuan yang relevan dan selalu berkembang. Membahas tentang pemahaman berkeluarga ini, ada banyak sebab di mana ini adalah sebuah kejadian fatal apabila tidak dihindari.
     Mengetahui hal yang telah dijelaskan, pemahaman apa yang sudah dihibahkan orang tua kepada anaknya? Apakah sudah relevan dengan kronologi hari ini? Apakah orang tua sudah memantaskan dirinya menjadi contoh paripurna bagi anaknya?
     Karena pengetahuan selalu lebih maju daripada diri manusia sendiri, manusia harus lebih berjuang untuk menambah kapasitas dan kualitas pemikiran. Sangat mustahil bagi manusia untuk mendiamkan pemikirannya sehingga pemikiran itu membatasi dirinya menjadi sesuatu yang tidak bernilai. Lebih-lebih menciptakan interval antara pengetahuan dan kemampuan berpikir. Dan lebih tidak relevan lagi adalah pembelajaran untuk dirinya adalah pembelajaran terhadap dirinya sendiri seperti perkataan Homer “aku belajar hanya dari diriku sendiri”. Meskipun buku alam jagad ini sangat luas, tidak menutup kepastian bahwa pembelajaran yang dilalui orang lain - khususnya yang lebih luas kontribusinya dalam pengembangan ilmu – juga punya pandangan untuk memahami buku alam jagad tersebut. Bukankah Tuhan menciptakan banyak otak di bumi ini?
     Secara aktual dapat dikatakan bahwa orang tua harus memahami itu semua. Ketika kapasitas pemahaman orang tua terbatas pada pengetahuan terbelakang, akibat terburuk ketika semua itu diajarkan pada anak adalah pembentukan karakter yang usang dan keilmuan yang banyak tidak berguna. Karakter yang usang akan melahirkan anak dengan sifat terbelakang dan keilmuan yang tidak berguna melahirkan sifat pemahaman yang keras kepala. Tidak wajar apabila orang tua memaksakan anaknya menjadi seperti apa yang telah dilalui mereka padahal pemikiran yang ada di depan adalah pemikiran yang sudah lebih maju ketimbang waktu sebelumnya. Apakah masih berlaku sistem “persamaan” pemahaman antara orang tua dan anak?
     Untuk meluncur ke dalam stigma pemikiran orang tua, anak akan merasa bahwa pemikiran yang dibawa oleh orang tua adalah pemikiran yang rasional dan benar, baik pemikiran yang dianggap benar ataupun salah. Sang anak akan menyusun kerangka pikir dengan melihat pemikiran orang tua sebagai referensi sehingga sesuatu yang fundamental dalam pikirannya akan terbentuk hingga menjadi acuannya dalam permasalahan hidup. Pemikiran yang telah dibentuknya akan membentuk penguatan efek pada entitas dirinya sehingga sesuatu yang tercipta pada dirinya adalah suatu replika gabungan dari kedua orang tuanya. Tetapi, permasalahannya adalah anak tidak tahu bahwa kebenaran dan kesalahan yang mereka susun ataupun yang masih misteri adalah sesuatu yang masih dapat diperhitungkan. Maka jangan berharap untuk melahirkan manusia-manusia bermanfaat karena hari ini tidak diperlukan manusia dengan pemahaman semacam itu.
     Dapat dikatakan bahwa egoisme seorang manusia lebih sering muncul ketika pikiran mulai surut daya kritisasi. Orang tua lebih mengedepankan egonya untuk mengembangkan pola pikirnya sehingga yang terlahir adalah anak “zaman tua”. Anak menjadi individu terbenam di kalangan anak-anak berinteligensi rasa modern. Patutkah menyalakan pengetahuan? Tidak. Sebuah kesalahan telah dilahirkan kaum manusia yang tersegel dalam pola pemikirannya sendiri.
     Jika seseorang memiliki pemikiran yang menunjukkan bahwa pengetahuan melahirkan suatu ketidakadilan, maka patutnya untuk memberikan rasa kasihan kepada pemikirannya, bukan orangnya. Pengetahuan tidak akan pernah menyerah ketika ada geseran sedikit pun, meski itu dari manusia berwatak keras anti-pengetahuan. Apakah sebagai orang tua harus menyatakan sikapnya untuk anti-pengetahuan? Untuk pergi ke kutub, Anda tidak perlu berpikir untuk berpakaian seperti halnya orang berlalu lalang di kota, tetapi Anda akan mengembangkan pikiran Anda untuk mengkritisi lingkungan maupun bukti empiris bagaimana hidup di kutub tersebut.
     Manakala anak tersebut telah menjadi dewasa dan menjadi orang tua, dia tidak diharuskan melakukan perulangan eksistensinya terhadap anaknya, kecuali dia tidak ingin memiliki keturunan sebagai tanda menyerah untuk era ke depan. Dia harus mengembangkan kapasitas maupun kualitas pengetahuannya untuk melahirkan anak tersebut menjadi anak yang pantas menerima tantangan eranya. Apabila dia tidak melakukan demikian, terdapat dua kemungkinan yang terjadi: dia sama-sama terbelakangnya dengan anaknya atau dia akan dibodohi atau tidak pantas berdiskusi menyelesaikan permasalahan di hadapan anaknya -karena anaknya lebih berpengetahuan yang kekinian-.
     Seperti halnya ilmu filsafat, sains, sosial, maupun teknologi selalu melahirkan sesuatu yang tidak hanya baru, tetapi memberikan nilai makna pada tiap pemaknaan yang dilahirkan manusia. Tentu saja manusia harusnya juga menaikkan tarafnya untuk berhadapan dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut agar pengetahuan-pengetahuan tersebut tidak menjadi sebuah ancaman bagi kaum manusia.
     Barangkali alam menjelaskan bahwa dari waktu ke waktu orang tua makin lama makin tidak mengenal anaknya seperti kertas tidak tahu akan pohon asal ia diciptakan.

Komentar

  1. Baccarat: How to play with friends, family and friends
    To 바카라 learn more about Baccarat and try out the rules, visit us 메리트 카지노 고객센터 and play for free. You can 메리트카지노 find your Baccarat tables at our online casino at

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan sepelehkan Sedekah

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkainya ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui" QS Al-Baqarah : 261 Dari ayat ini dijelaskan bahwa sedekah dijalan Allah meskipun 1 barang saja akan dilipatgandakan Allah sesuai yang dia kehendaki. Tetapi, banyak orang yang tidak melakukannya karena mereka merasa harta mereka berkurang. Lantas , bagaimana cara meyakinkannya? Berarti, orang yang takut akan hal itu tidak pernah berlatih yang namanya sedekah. seharusnya sejak dini, harus dilatih terus menerus agar saat dewasa tidak takut akan hal namanya sedekah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 276 "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa" Dalam ayat ini menjelaskan bahwa jika kita bersedekah, Allah akan men...

Sang Pembeda

Terlalu bosan mengatakan jika manusia adalah makhluk sosial, makhluk berakal, atau apalah arti manusia itu. Sering berdengung hingga merasuk otak kita bahwa sosok perubah dalam kehidupan ada di tangan manusia. Bisa disetujui, tetapi cukup aneh jika itu hanya sebatas karangan untuk membuat kedudukan individu sedikit “terlihat” bermartabat. Jelasnya, terlalu banyak omong kosong. Entah kapan pada saat nenek moyang kita membuat doktrinisasi sebagai cara agar membuat keturunannya menjadi sama seperti dia. Alih-alih jika menjadi lebih sempurna daripada dia, pola pikir yang terproyeksi hanya berbeda beberapa jarak pandang hingga terakumulasi. Apapun itu, hal tersebut membuat perbedaan antara manusia dengan makhluk-makhluk lainnya. Punya akal budi.             Tanpa memandang remeh, penulis tidak bermaksud merendahkan ras nenek moyang. Kendatipun demikian beliau adalah nenek moyang penulis juga. Hargai mereka, maka kita akan tahu bet...

Tulisan Cinta untuk Indah-ku

Izinkan aku tuk menulis ini. Teruntuk kekasihku yang akan menemani hingga akhir. Permata cinta kasihku yang cantik nan mempesona. Indah Nurul Qamariyah. Apakah ada kata yang lebih mempesona selain “Aku mencintaimu”? Mencintaimu seakan menjadi bagian hidupku yang selalu mengiringiku seperti malam bersama hawa dingin. Mencintaimu seakan menjadi pundi-pundi kebahagiaan yang selalu kuinginkan bersama suka duka kehidupan. Dan, mencintaimu akan menjadi jalanku untuk membangun surga bersamamu. Keterbatasanku akan selalu ada. Tetapi, itu tak membuatku berhenti memperbaiki diriku. Aku hanya manusia biasa dengan segala kekurangan. Manusia yang pasti melakukan kesalahan besar maupun sepele. Tapi, suatu saat engkau pasti tahu bahwa kesalahan-kesalahan ini yang akan menjadikan cinta ini menjadi dewasa dan mengantarkan kita pada jalan perjuangan manis yang sempat kita harapkan malam itu. Keyakinanku adalah dengan keterbatasan inilah yang membuat cintaku kepadamu abadi nan manusiawi sebagaimana...